Pages

Senin, 19 Oktober 2015

Ilmu Sosial Dasar - Teknologi Dan Kemiskinan


Nama    : Gilang Brian Ramadhan
NPM      : 34414543
Kelas     : 2ID06

Teknologi Dan Kemiskinan
Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapatmenyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah mendalam. Sikapdemikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional.Sebab teknologi, selain mempermudah kehidupan manusia, mempunyaidampak sosial yang sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologiitu sendiri. Schumacher, dalam Kecil itu Indah, dunia modern yang dibentuk olehteknologi menghadapi tiga krisis sekaligus. Pertama, sifat kemanusiaan berontak terhadap pola-pola politik, organisasi, dan teknologi yang tidakberperikemanusiaan, yang terasa menyesakan napas dan melemahkan badan.
Kedua, lingkungan hidup menderita dan menunjukkan tanda-tandasetengah binasa. Ketiga, penggunaan sumber daya yang tidak dapat dipulihkan,seperti bahan bakar, fosil, sedemikian rupa sehingga akan terjadi kekurangansumber daya alam tersebut. Oleh karena itu dipertanyakan, bagaimana perananteknologi dalam usaha mengatasi kemiskinan dan membatasi alternatifpemecahan masalah serta mempengaruhi hasilnya. Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagaiperjuangan yang akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi funda-mental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Hal itu sudahsejak lama oleh sarjana ekonomi di banyak negara digeluti dan dipecahkan,dan setiap kali pula pemecahannya lolos dari genggaman, dan berkembangmenjadi masalah baru. Berbicara tentang masalah kemiskinan akan dihadapkankepada persoalan lain, seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok,posisi manusia dalam lingkungan sosial, dan persoalan yang lebih jauh;bagaimana ilmu pengetahuan (ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumberdaya alam untuk membasmi kemiskinan. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu sistem yangberinteraksi, interelasi, interdependensi, dan ramifikasi (percabangannya). Dengan demikian wajarlah apabila menghadapi masalah yang kompleks ini,memerlukan studi mendalam dan analisis interdisipliner kalau tidak mau mencampur adukkan unsur-unsur sintesis dengan sintesisnya sendiri. Maka usaha mulia berikutnya adalah untuk membuatnya operasional dalamrangka social engineering-nya. Oleh sebab itu tulisan ini hanyalah bersifatpenjajagan problema, kalau mungkin sampai mencari interelasi, interaksi,interdependensi, dan ramifikasi dari berbagai unsur sistem dan subsistem.

TEKNOLOGI
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secaraakademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body of knowledge),dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertianberhubungan dengan proses produksi; menyangkutcara bagaimana berbagaisumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untukmerealisasi tujuan produksi. “Secara konvensional mencakup penguasaan duniafisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutamateknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehinggateknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani.”(Eugene Staley, 1970). Dari batasan di atas jelas, bahwa teknologi social pembangunanmemerlukan semua science dan teknologi untuk dipertemukan dalammenunjang tujuan-tujuan pembangunan, misalnya perencanaan dan programingpembangunan, organisasi pemerintah dan administrasi negara untukpembangunan sumbersumber insani (tenaga kerja, pendidikan dan latihan), dan teknik pembangunan khusus dalam sektor-sektor seperti pertanian, industri, dan kesehatan. Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai halimpersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusiamenjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “The Tech-nological Society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipunarti atau maksudnya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak hanyauntuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkantotalitas motode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untukmemberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia.Batasan ini bukan bentuk teoritis, melainkan perolehan dari aktivitas masing-masing dan ohservasi fakta dari apa yang disebut manusia modern denganperlengkapan tckniknya. Jadi teknik menurut Ellul adalah berbagai usaha,metode dan cara untuk memperoleh hasil yang sudah distandardisasi dandiperhitungkan sebelumnya. Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980)memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Rasionalitas, artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional. b. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusandilaksankaan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampumengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis. Teknis berkembang pada suatu kebudayaan. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan salingbergantung. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan danediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan. Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri. Teknologi yang berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidng kehidupan manusia. Masa sekarang nampaknya sulit memisahkan kehidupanmanusia dengan teknologi` bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia. Awalperkembangan teknik yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu ataubergantung dari ilmu, sekarang ilmu dapat pula bergantung dari teknik.Contohnya dengan berkembang pesatnya teknologi komputer dan teknologisatelit ruang angkasa, maka diperoleh pengetahuan baru dari hasil kerja keduaproduk teknologi tersebut. Luasnya bidang teknik, digambarkan oleh Ellulsebagai berikut : 1. Teknik meliputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkanbarang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan kapital sehingga terjadisentralisasi ekonmi. Bahkan ilmu ekonomi sendiri terserap oleh teknik. Teknik meliputi bidang organisasi seperti administrasi, pemerintahan,manajemen, hukum dan militer. Contohnya dalam organisasi negara, bagiseorang teknik negara hanyalah merupakan ruang lingkup untuk aplikasialat-alat yang dihasilkan teknik. Negara tidak sepenuhnya bermaknasebagai ekspresi kehendak rakyat, tetapi dianggap perusahaan yang harusmemberikan jasa dan dibuat berfungsi secara efisien. Negara tidak lagiberurusan dengan keadilan sosial sebagai tumpuannya, melainkan menurutahli teknik negara harus menggunakan teknik secara efisien. Teknik meliputi bidang manusiawi, seperti pendidikan, kerja, olahraga,hiburan dan obat-obatan. Teknik telah menguasai seluruh sektor kehidupanmanusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dantidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
Pada masyarakat teknologi, ada tendensi bahwa kemajuan adalah suatuproses dehumanisasi secara perlahan-lahan sampai akhirnya manusiatakluk pada teknik. Teknik-teknik manusiawi yang dirasakan pada masyarakat teknologi, terlihat dari kondisi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia pada saat initelah begitu jauh dipengaruhi oleh teknik. Gambaran kondisi tersebut adalahsebagai berikut : 1. Situasi tertekan. Manusia mengalami ketegangan akibat penyerapanteknik-teknik mekanisme-mekanisme teknik. Manusia melebur dengankemanisme teknik, sehingga Waktu manusia dan pekerjaannya mengalamipergeseran. Peleburan manusia dengan mekanisme teknik, menuntutkualitas dari manusia, tetapi manusia sendiri tidak hadir di dalamnyaatau pekerjaannya. Contoh pada sistem industri ban berjalan, seorang buruh meskipun sakitatau lelah. atau pun ada berita duka bahwa anaknya sedang seka ratdirumah sakit, mungkin pekerjaan itu tidak dapat ditinggalkan sebabakan membuat macet garis produksi dan upah bagi temannya. Keadaan tertekan demikian, akan menghilangkan nilai- nilai sosial dan tidakmanusiawi lagi. Perubahan ruang dan lingkungan manusia. Teknik telah mengubahlingkungan manusia dan hakikat manusia. Contoh yang sederhana manusiadalam hal makan atau tidur tidak ditentukan oleh lapar atau ngantuktetapi diatur oleh jam. Alat-alat transportasi telah mengubah jarak pola komunikasi manusia.Lingkungan manusia menjadi terbatas, tidak berhubungan dengan padangrumput, pantai, pohon-pohon atau gunung secara langsung, yang adahanyalah bangunan tinggi yang padat, sehingga sinar matahari pagi hari(banyak mengandung sinar ultra violet) tidak sempat lagi menyentuhpermukaan kulit tubuh manusia. Perubahan waktu dan gerak manusia. Akibat teknik, manusia terlepasdari hakikat kehidupan. Sebelumnya waktu diatur dan diukur sesuaidengan kebutuhan dan peristiwa-peristiwa dalam hidup manusia, sifatnyaalamiah dan kongkrit. Tetapi sekarang waktu menjadi abstrak denganpembagian jam, menit dan detik. Waktu hanya mempunyai kuantitasbelaka tidak ada nilai kualitas manusiawi atau sosial, sehingga iramakehidupan harus tunduk kepada waktu yang mengkanistis dengan mengorbankan nilai kualitas manusiawi dan nilai sosial. 4. Terbentuknya suatu masyarakat massa. Akibat teknik, manusia hanyamembentuk masyarakat massa, artinya ada kesenjangan sebagaimasyarakatkolektif. Hal ini dibuktikan bila ada perubahan norma dalammasyarakat maka akan muncul kegoncangan. Masyarakat kita masihmemegang nilai-nilai asli (primordial) seperti agama atau adat istiadatsecara ideologis, akan tetapi struktur masyarakat atau pun dunia normapokoknya tetap saja hukum ekonomi, politik atau persaingan kelas. Prosessekularisasi sedang berjalan seara tidak disadari. Proses massafikasi yangmelanda kita dewasa ini, telah menghilangkan nilai-nilai hubungan sosialsuatu komunitas. Padahal individu itu perlu hubungan sosial. Terjadinyaneurosa obsesional atau gangguan syaraf menurut beberapa ahli, sebagaiakibat hilangnya nilai-nilai hubungan sosial; Yaitu kegagalan adaptasi dan penggantian relasi-relasi komunal denganrelasi yang bersifat teknis. Struktur sosiologis massal dipaksakan olehkekuatan-kekuatan teknik dan kebijaksanaan ekonomi (produk industri),yang melampaui kemampuan manusia. 5. Teknik-teknik manusiawi dalam arti ketat. Artinya, teknik-teknik manusiawi harus memberikan kepada manusia suatukehidupan manusia yang sehat dan seimbang, bebas dari tekanan-tekanan.Teknik harus menyelaraskan diri dengan kepentingan manusia bukansebaliknya. Melalui teknik bukan berarti menghilangkan kodrat manusiaitu sendiri, tetapi perlu memanusiakan teknik. Manusia bukan objek tekniktetapi sebagai subjek teknik. Kondisi sekarang sering manusia itu menjadi objek teknik dan harusselalu menyesuaikan diri dengan teknik. Akibat kondisi yang dipaparkan tadi, dampak teknik itu sendiri bagimanusia sudah dirasakan dan fenomenannya nampak. Seperti: anggapanpara ahli teknik bahwa manusia hanyalah mitos abstrak, manusia mesin(manusia mengadaptasikan diri kepada mesin), penerapan teknik memecahbelah manusia (tidak ada kesempatan mengembangkan kepribadiannya),timbul kemenangan pada alam tak sadar, simbol-simbol tradisional digantidengan teknik, terbentuknya manusia-massa (gaya hidup dibentuk oleh iklan)dan nampak teknik sudah mendominasi kehidupan manusia secaramenyeluruh.
Adapun Alvion Toffler (1970) mengumpamakan “teknologi” itu sebagaimesin yang besar atau sebuah akselerator (alat mempercepat) yang dahsyat,dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan meningkatnya ilmupengetahuan secara kuantitatif dan kualitatif, maka kian meningkat pula prosesakselerasi yang ditimbulkan oleh mesin pengubah, lebih-lebih teknologimampu menghasilkan teknologi yang lebih banyak dan lebih baik lagi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapatdibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yangberinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional sepertikemiskinan. Maka ada interrelasi, interaksi, dan interdependensi antarakemiskinan dan sistem atau subsistem “ilmu pengetahuan dan teknologi”. Saat ini sudah dikonstantasi, bahwa negara-negara teknologi maju telahmemasuki tahap superindustrialisme, melalui inovasi teknologis tiga tahap :(a) ide kreatif, (b) penerapan praktisnya, dan (c) difusi atau penyebarluasandalam masyarakat. Ketiga tahap ini merupakan siklus yang menimbulkanbermacam-macam ide kreatif baru sehingga merupakan reaksi berantai yangdisebut proses perubahan. Dengan semakin meningkatnya teknologi. tempat proses perubahan itutidak dapat dipandang “normal” lagi, dan tercapailah akselerasi ekksternmaupun intern (psikologis) yang merupakan kekuatan sosial yang kurangmendalam dipahami. Dalam hal akselerasi, apabila masa depan itu menyerbu masa kini dengankecepatan yang terlampau tinggi, maka masyarakat atas dapat mengindappenyakit “*progeria”, yakni tingkat menua yang lanjut sekalipun secarakronologis usianya belum tua. Bagi masyarakat semacam itu, perubahantersebut seolah-olah tidak dapat dikendalikan lagi, kemudian dicari semacamkekebalan diplomatik terhadap perubahan. Tak mustahil pula akan timbulfuture shock atau “kejutan masa depan”, yaitu sesuatu penderitaan fisik danatau mental yang timbul apabila sistem adaptif fisik dari organisme manusiaitu, beserta proses pembuatan keputusannya, terlampau banyak dilewati dayadukungnya. Akselerasi perubahan secara drastis dapat mengubah mengalirkan“situasi”. Dalam hal ini situasi dapat dianalisis menurut lima komponen dasar, yaitu (1) benda, (2) tempat, (3) manusia, (4) organisasi dan (5) ide. Hubungan kelima komponen itu, ditambah dengan faktor Waktu, membentuk kerangkapengalaman sosial.
Menurut Toffler ada kekuatan lain yang dapat mengubah wajah daneksistensi manusia selain akselerasi, yaitu transience (keadaan yang bersifatsementara). Transience merupakan alat kasar yang berguna dalam mengukurlaju mengalirnya situasi, dan menjembatani teori-teori sosiologis tentangperubahan dan psikologi insasi perseorangan. Masyarakat, menurut transisence, dibagi ke dalam dua kelompok : (1) high transience dan (2) low transience. Eksplorasinya mengenai kehidupan masyarakat high transience menghasilkanringkasan sebagai berikut 2 a. Benda: hubungan “manusia-benda” tidak awet, dan masyarakatnyamerupakan masyarakat pembuang. Bandingkan, misalnya, vulpen bertintayang ”permanen” dengan ball point yang dibuang setelah habis. b. Tempat: Hubungan “manusia-tempat” menjadi lebih sering, lebih rapuh, dan lebih sementara; jarak fisik semakin tidak berarti, masyarakat amatmobil penuh dengan “nomad baru”. Secara kiasan, ”tempat” pun seolah-olah cepat terpakai habis, tak berbeda dengan, misalnya, minuman dalam kaleng. c. Manusia: hubungan “manusia-manusia” pun pada umumnya menjadisangat sementara dan coraknya fungsional. Kontak antar manusia tidak menyangkut keseluruhan personalitas, melainkan bersifat dangkal danterbatas; secara kiasan terdapat “orang yang dapat dibuang”. d. Organisasi: organisasi ada kecenderungan menjadi superbirokrasi di masadepan. Manusia dapat kehilangan individualitas dan personalitasnya dalammesin organisasi yang besar, namun hakikat sistemnya sendiri telahbanyak mengalami perubahan. Hubungan “manusia-organisasi” punseolah-olah menjadi mengalir dan beraneka ragam, menjadi sementara,baik hubungan formalnya (departemen, bagian, klub, dsb) maupuninformalnya (klik, kelompok minum kopi, dsb). Banyak cara “*proyek”,“kelompok task force”, dsb., yang semuanya pada hakikatnya merupakan“kelompok ad hoc” atau hanya untuk keperluan khusus. e. Ide: hubungan “manusia-ide” bersifat sementara karena ide dan imagetimbul dan menghilang dengan lebih cepat. Gelombang demi gelombangide menyusupi hampir segala bidang aktivitas manusia. Semula ciri-ciri akselerasi dan transience yang semakin tinggi padamasyarakat'yang semakin maju teknologinya, menyebabkan seolah-olah satu-satunya yang tetap adalah perubahan, meliputi perubahan nilai operasional,fungsi dan keahlian, yang sifatnya mengganti, mengubah, menambah,menyusun, menghapus, dan menguatkan. Kesemuanya merupakan bahan pertimbangan dalam proses alih teknologi, bagaimana apakah ada relevansinyadengan kebutuhan masyarakat, ada keserasian dengan cara hidup, mudah-tidaknya dalam penerapan, dan memberikan keuntungan atau tidak secaranyata. Oleh karena itu, perlu diperhatikan tigaruang dimensi yang meliputibidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan bidang alam, ekonomi, sosial-budaya;serta bidang politik, yang ketiganya saling berhubungan. Ketentuan-ketentuan di atas menjelaskan bahwa teknologi dalam situasitertentu dapat tidak netral lagi karena mengandung potensi merusak dan potensikekuasaan. Teknologi bersifat ambivalen; di samping segi yang positif, jugamemperlihatkan yang negatif, terkadang dianggap suci demi tujuan akhir,bukan sebagai alat lagi. Oleh karena itu teknologi membutuhkan bimbinganmoral atau ajaran-ajaran agama, menentukan apa yang harus dan apa yangjangan dilakukan. Kebudayaan teknik dijadikan suatu strategi yang mengajaksemua orang berpartisipasi, bukan seorang tahanan dalam kurungan daya-daya teknik. Etika, moral, dan ajaran agama menerobos teknis, membukasuatu dimensi transenden, mengatasi imanensi sebagai strategi kebudayaandengan evaluasi kritis dan tanggung jawab. 

Canggihnya Teknologi Positif Dan Negatif
Bagaimana manusia bertanggungjawab terhadap hasil teknologi modern, berdasarkan “interaksi” hubungantimbal-balik antara kesadaran etis dan masalah-masalah kongkret. Untuk itu semua diperlukan counter play yang sejati, bersifat normatif bagi manusia. Tuhan, keadilan dan perikemanusiaan, hendaklah mulai berfungsi dalam situasi manusia yang kongkret, artinya jelas, langsung dapatdilihat, menyangkut hal urgen, berpijak pada kenyataan. Demikian pulapandangan terhadap teknologi harus menekankan pada keserasian antarateknologi dengan kepentingan manusia dan integritas ekosistem. Hal ini dapatberlangsung dengan cara : (l) memberikan banyak alternatif pilihan teknologi.(2) adanya interaksi yang serasi antara manusia, mesin-mesin dan biosfer.Agar sistem ekonomi terpelihara, (3) teknologi harus baik secara termodinamisdemi tercapainya keseimbangan energi, ekonomi dan ekologis, (4) teknologiharus menopang hidup manusia bukan sebaliknya. Pandangan ini dikenaldengan pandangan “appropriate technology” (penyediaan teknologi) menurutkonsepnya E.F Scumacher (1979). Padangan sebelumnya terhadap teknologi adalah anarki teknologi (technological anarchy), yang memandang teknologiserba baik. Pandangan ini kemudian bergeser menjadi cinta akan teknologi(technophilia), kemudian menjadi pandangan kekecewaan terhadap teknologi(technophobia). Pandangan ini berubah secara bertahap, meskipun dalamkenyataannya negara-negara berkembang terdesak oleh keadaan sosial ekonomi  yang mengkhawatirkan, sering dihadapkan kepada masalah bagaimanapandangan yang tepat bagi negaranya dapat diterapkan. Alternatif untukmengatasi masalah demikian, dikembangkan apa yang disebut dengan“teknologi tepat guna”. 
Teknologi tepat guna atau appropriate technology adalah pengembangan teknologi yang sesuai dengan situasi budaya dangeografis masyarakat, penentuan teknologi sendiri sebagai suatu identitas budaya setempat serta menggunakan teknologi dalam proses produksi untuk menghasilkan barang-barang kebutuhan dasar dan bukan barang-barang objekketamakan. 
Contohnya:
Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi Barat,yang sering masuk dengan ditunggangi oleh segelintir orang atau kelompokyang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi Barat tersebut adalah : l) Serba intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga lebih akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri. 2) Dalam struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan. 3) Kosmologi atau pandangan teknologi Barat adalah: menganggap dirinyasebagai pusat yang lain feriferi, Waktu berkaitan dengan kemajuan secaralinier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan manusiasebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam.

KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untukmemenuhi kebutuhan hidup yang pokok. dikatakan berada di bawah gariskemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupyang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dll. (Emil Salim,1982). Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagaiinspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fun-damental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yangdiperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal: (1) persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan, (2)posisi manusia dalam lingkungan sekitar, dan (3) kebutuhan objektif manusiauntuk bisa hidup secara manusiawi. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan di pengaruhioleh tingkat pendidikan, adat-istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalamhal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusiadalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakatsekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawiditentukan oleh komposisi pangann apakah bernilai gizi cukup dengan nilaiprotein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur` jenis kelamin, sifatpekerjaan, keadaan iklim dan lingkugan yang dialaminya. Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa dan tertuangkandalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yangdiperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukanoleh tingkat pendapatanminimal (versi Bank Dunia di kota 75 dolar AS, dan di desa 50 dollar AS perjiwa setahun, 1973). Menurut Prof. Sayogya (1969), garis kemiskinandinyatakan dalam rp/tahun, ekuivalen dengan nilai tukar beras (kg/orang/bulan, yaitu untuk desa 320 kg/orang/tahun dan untuk kota 480 kg/orang/tahun). Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di bawah garis kemiskinanmemiliki Ciri-ciri sebagai berikut : a. tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan, dsb; b. tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengankekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha: c. tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasarkarena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan; d. kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas self employed), berusaha apa saja; e. banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan. Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikategorikan kedalamtiga unsur: (l) kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mentalseseorang, (2) kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam, dan (3)kemiskinan buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan,buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut dengan kemiskinanstrukturalltulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur (buatanmanusia), baik struktur ekonomi, politik, sosial, maupun kultur. Kemiskinan buatan ini, selain ditimbulkan oleh struktur ekonomi, politik,sosial, dan kultur, jgua dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “*nrimo”,memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan.
Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan (culture of provierty) atau suatusubkultur, yang mempunyai struktur dan way of life yang telah menjaditurun-temurun melalui jalur keluarga. Kemiskinan (yang membudaya) itudisebabkan oleh dan selama proses perubahan sosial secara fundamental,seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yangcepat, kolonialisme, dsb. Obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama radikaldan meluasnya. Karena kemiskinan di antaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu perlu memahami inti pokok dari suatu “struktur”. Inti pokokdari struktur adalah realisasi hubungan antara suatu subjek dan objek, danantara subjek-subjek komponen-komponen yang merupakan bagian dan suatusistem. Maka permasalahan struktur yang penting dalam hal ini adalah polarelasi. Ini mencakup masalah kondisi dan posisi komponen (subjek-subjek)dari struktur yang bersangkutan dalam keseluruhan tata susunan atau sistemdan fungsi dari subjek atau komponen tersebut dalam keseluruhan fungsi dan sistem. Pola relasi dari struktur ini. yang urgen adalah struktur dalam soal sosial-ekonomi meskipun struktur lainnya menentukan. Pola relasi dalam struktursosial ekonomi ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pola relasi antara manusia (subjek) dengan sumber-sumber kemakmuran ekonomi seperti alat-alat produksi, fasilitas-fasilitas negara, perbankan,dan kekayaan sosial. Apakah ini dimiliki, disewa, bagi-hasil, gampangatau sulit bagi atau oleh subjek tersebut_ b. Pola relasi antara subjek dengan hasil produksi. Ini menyangkut masalah distribusi hasil, apakah memperoleh apa yang diperlukan sesuai dengankelayakan derajat hidup manusiawi. c. Pola relasi antara subjek atau komponen-komponen sosial-ekonomi dalamkeseluruhan mata rantai kegiatan dengan bantuan sistem produksi. Dalam hal iniadalah mekanisme pasar, bagaimana posisi dan perananmanusia sebagai subjek dalam berfungsinya mekanisme tersebut. Secara analog dapat ditentukan pola-pola relasi dalam bidang ekonomi.Kesemuanya merupakan substruktur atau subsistem dari struktur dan sistemkemasyarakatan yang berlaku yangm endasari masalah-masalah kemiskinan.Dengan demikian kemiskinan berkaitan langsung dengan sistemkemasyarakatan secara menyeluruh, dan bukan hanya masalah ekonomi ataupolitik atau sosial-budaya. Maka penanganannya harus berlangsung secarakomprehensif, dengan suatu strategi yang mengandung kaitan-kaitan dari semua.

Sumber                :
·         Elearning Gunadarma “Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Kemiskinan” http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab8-ilmu_pengetahuan_teknologi_dan_kemiskinan.pdf.

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 ....... Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger